
Andi Arief (Helmi/dok)
Artikel Terkait:
16/07/2012Soal Gunung Merapi dan Kapan Lumpur Lapindo Berakhir
Politikindonesia - Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief mengaku mendapat 2 pertanyaan besar dari masyarakat. Pertama tentang semburan lumpur Lapindo, Sidoarjo. Kapan akan berakhirnya? Kedua tentang soal peningkatan aktifitas Gunung Merapi, apakah akan kembali terjadi erupsi.
Demikian disampaikan Andi Arief dalam perbincangannya dengan politikindonesia.com di Jakarta, Senin sore (16/07). “Saya mendapat dua pertanyaan besar dari masyarakat. Pertama, kapankah semburan Lumpur Sidoarjo berakhir. Apakah akan ada potensi Hazard yang kemungkinan terjadi jika semburan lumpur itu berhentinya masih lama sekali. Kedua tentang Gunung Merapi. Apakah masih ada kemungkinan kembali terjadi erupsi bahkan lebih besar dalam waktu dekat,” ujar Andi.
Mantan aktivis mahasiswa 1998 tersebut menuturkan, kedua pertanyaan tersebut dikonsultasikannya dengan para ahli. Para ahli mengatakan, sesungguhnya volume lumpur itu bisa dihitung dan ahli kita mampu. “Hanya saja, pendekatan scientific yang seharusnya dilakukan untuk hitung volume itu kalah dengan politisasi dari kasus semburan itu,” ujar dia.
Kata Andi, survei untuk menghitung sembnuran lumpur tersebut hanya bisa dilakukan oleh para ahli di saat semua yang bertikai dalam urusan Lapindo duduk satu meja untuk sama-sama bersepakat, mendorong sesegera mungkin hitung volume dan bahaya yang kemungkinan terjadi ke depan jika didiamkan seperti sekarang ini.
Sedangkan, soal Gunung Merapi, para ahli belum berkesimpulan apakah akan ada letusan dalam waktu dekat. Tapi secara proses geologi gunung api, tentu saja potensi Merapi akan meletus itu tetap ada, tapi tidak seperti dikhawatirkan akan segera. “Kita masih menunggu penjelasan para ahli tentang kemungkinan ini,” ujar dia.
Kata Andi, dalam diskusinya dengan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR Surono tentang guguran yang terjadi di Gunung Merapi kemarin didapat penjelasan, penyebab dari kejadian itu adalah karena kondisi puncak Merapi dan batuan hasil letusan 2010 belum stabil.
Penjelasan dari Surono, kondiosi tidak stabil ini dipengaruhi pula oleh gaya gravitasi menyebabkan batuan besar dan kecil lepas kedalam kawah. Inilah yang menyebabkan terjadinya guguran. “Guguran batuan besar yang terjadi kemarin menggerus material letusan 2010, sehingga tampak abu berterbangan tertiup angin ke arah barat dan menyebabkan terjadinya hujan abu di Magelang dan sekitarnya,” ujar Andi.
Ia mengatakan, guguran kubah atau batuan pembentuk puncak, batuan lepas dan lainnya terjadi setiap hari. Selama ini, guguran itu terjadi dalam skala kecil, bukan batuan besar yang menimbulkan suara gemuruh dan menerbangkan material yang dilalui oleh guguran tersebut. “Guguran, merupakan fenomena biasa di Merapi, baik pada saat Nomal atau sedang aktif,” tandas Andi mengutip penjelasan Surono.
(kap/rin/nis) Demikian disampaikan Andi Arief dalam perbincangannya dengan politikindonesia.com di Jakarta, Senin sore (16/07). “Saya mendapat dua pertanyaan besar dari masyarakat. Pertama, kapankah semburan Lumpur Sidoarjo berakhir. Apakah akan ada potensi Hazard yang kemungkinan terjadi jika semburan lumpur itu berhentinya masih lama sekali. Kedua tentang Gunung Merapi. Apakah masih ada kemungkinan kembali terjadi erupsi bahkan lebih besar dalam waktu dekat,” ujar Andi.
Mantan aktivis mahasiswa 1998 tersebut menuturkan, kedua pertanyaan tersebut dikonsultasikannya dengan para ahli. Para ahli mengatakan, sesungguhnya volume lumpur itu bisa dihitung dan ahli kita mampu. “Hanya saja, pendekatan scientific yang seharusnya dilakukan untuk hitung volume itu kalah dengan politisasi dari kasus semburan itu,” ujar dia.
Kata Andi, survei untuk menghitung sembnuran lumpur tersebut hanya bisa dilakukan oleh para ahli di saat semua yang bertikai dalam urusan Lapindo duduk satu meja untuk sama-sama bersepakat, mendorong sesegera mungkin hitung volume dan bahaya yang kemungkinan terjadi ke depan jika didiamkan seperti sekarang ini.
Sedangkan, soal Gunung Merapi, para ahli belum berkesimpulan apakah akan ada letusan dalam waktu dekat. Tapi secara proses geologi gunung api, tentu saja potensi Merapi akan meletus itu tetap ada, tapi tidak seperti dikhawatirkan akan segera. “Kita masih menunggu penjelasan para ahli tentang kemungkinan ini,” ujar dia.
Kata Andi, dalam diskusinya dengan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR Surono tentang guguran yang terjadi di Gunung Merapi kemarin didapat penjelasan, penyebab dari kejadian itu adalah karena kondisi puncak Merapi dan batuan hasil letusan 2010 belum stabil.
Penjelasan dari Surono, kondiosi tidak stabil ini dipengaruhi pula oleh gaya gravitasi menyebabkan batuan besar dan kecil lepas kedalam kawah. Inilah yang menyebabkan terjadinya guguran. “Guguran batuan besar yang terjadi kemarin menggerus material letusan 2010, sehingga tampak abu berterbangan tertiup angin ke arah barat dan menyebabkan terjadinya hujan abu di Magelang dan sekitarnya,” ujar Andi.
Ia mengatakan, guguran kubah atau batuan pembentuk puncak, batuan lepas dan lainnya terjadi setiap hari. Selama ini, guguran itu terjadi dalam skala kecil, bukan batuan besar yang menimbulkan suara gemuruh dan menerbangkan material yang dilalui oleh guguran tersebut. “Guguran, merupakan fenomena biasa di Merapi, baik pada saat Nomal atau sedang aktif,” tandas Andi mengutip penjelasan Surono.